"..Kulihat ibu pertiwi. Sedang bersusah hati. Air matamu berlinang. Mas intanmu terkenang..". Itulah sepenggal lirik lagu "Ibu Pertiwi" layaknya sangat tepat menggambarkan keadaan negri tercinta kita ini, Indonesia. Negri yang dulu terkenal dengan adat budaya masyarakatnya Ramah tamah, kini berubah menjadi negri dengan budaya mudah marah. Tidak ada lagi senyum sapa, gotong-royong dan tenggang rasa seperti yang selalu diajarkan dalam setiap pendidikan dasar Kewarganegaraan (PKN). Negri ini ibarat sebuah rumah pesakitan. Begitu besar dan megah jika tampak dari luar, namun didalamnya hanya ada orang-orang yang penuh kesedihan, penderitaan, dan terkadang bernasib mengenaskan. Suatu keadaan yang lebih berpihak pada sebuah jabatan, wewenang dan materi.
Indonesiaku.. Indonesiaku.. Dimana ragamu kini dipijak, Jiwamu tak lagi dijunjung.
Darah dan pengorbanan setiap pendahulu kita, tak lagi dipandang. Persatuan yang menjadi kekuatan akar berdirinya negri ini, tak lagi dijadikan pedoman. Yang ada kini hanya agama, etnis, suku, dan latar belakang yang berbicara. Bukan lagi saudara satu negri, namun hanya ada saudara satu agama, satu suku, satu etnis dan satu latar belakang.
Betapa menyedihkannya negri ini, hingga harus dikontrol oleh negara lain. Selemah itukah negri ini? hingga tidak dapat berdiri sendiri, terlepas dari campur tangan negara-negara zionis? Dimana rauman negri ini yang dulu bak ibarat macan asia? Mengapa kini hanya menjadi sebuah negri yang menyedihkan? Negri ibarat seonggok bangkai, yang menjadi rebutan para negara pemangsa untuk memenuhi kebutuhan perut setiap negara pemangsanya.
Haruskah kita merasa terancam terlebih dahulu? baru dapat bersatu. Hewan kecil seperti semut pun, lebih baik dibanding moral orang-orang negri ini. Semut selalu bersatu, tanpa harus menunggu sebuah ancaman. Padahal kita tau, manusia memiliki derajat lebih tinggi dari makhluk Tuhan lainnya karena kita berakal. Tapi kenyataannya, kita dikalahkan oleh sekelompok kecil semut.
Andai saja negri ini berkenan untuk selalu bersatu tanpa harus menunggu ancaman, alangkah indah kehidupan yang akan terjalani. Kesejahteraan akan senantiasa datang dan Kemakmuran akan lebih cepat terwujud. Karena pada hakikatnya, persatuan sekecil apapun akan menghasilkan hal yang luar biasa. Terbukti dari Ajang Piala AFF 2010 dan Kisruh masalah News7Wonder.
Haruskah kita merasa terancam terlebih dahulu? baru dapat bersatu. Hewan kecil seperti semut pun, lebih baik dibanding moral orang-orang negri ini. Semut selalu bersatu, tanpa harus menunggu sebuah ancaman. Padahal kita tau, manusia memiliki derajat lebih tinggi dari makhluk Tuhan lainnya karena kita berakal. Tapi kenyataannya, kita dikalahkan oleh sekelompok kecil semut.
Andai saja negri ini berkenan untuk selalu bersatu tanpa harus menunggu ancaman, alangkah indah kehidupan yang akan terjalani. Kesejahteraan akan senantiasa datang dan Kemakmuran akan lebih cepat terwujud. Karena pada hakikatnya, persatuan sekecil apapun akan menghasilkan hal yang luar biasa. Terbukti dari Ajang Piala AFF 2010 dan Kisruh masalah News7Wonder.
Bangkitlah Indonesiaku... Indonesiaku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar